Mengingat komponen sel dari sistem imun diproduksi di
sumsum tulang dan dilepaskan ke darah, maka sel-sel tersebut harus berpindah
dari darah ke jaringan yang mengalami invasi patogen. Migrasi lekosit ke
jaringan dapat secara ringkas dijelaskan dengan proses marginasi (adheren/capture), Rolling, Firm Adhesion, dan Transendothelial Migration.
1)
Marginasi
Produk bakteri seperti LPS, komplemen (C5a) merangsang
endotel untuk mengekpresikan P-selektin yang telah ada pada granula intrasel ke
membran sel. P-selektin ini akan berikatan dengan PSGL-1 (P-Selectin Glycoprotein Ligand-1) yang berada di permukaan lekosit.
Ikatan yang terjadi membuat lekosit menempel pada endotel, namun kekuatan dari
ikatan ini lemah sehingga mudah untuk dilepaskan oleh kekuatan arus darah.
2) Rolling
IL-1, TNF-α dan LPS merangsang endotel untuk
memproduksi E-selektin yang kemudian berikatan dengan Sialyl Lex
pada membran lekosit. Ikatan yang kedua ini semakin meningkatkan kekuatan
perlekatan antara lekosit dengan endotel.
Lekosit yang telah menempel pada endotel akan menjadi
aktif dan memproduksi L-selektin. Sialyl Lex yang ada di membran
endotel sebagai ligan dari L-selektin akan mengikatnya sehingga semakin
meningkatkan kekuatan ikatan antara endotel dengan lekosit. Meskipun kekuatan
ikatan antara lekosit lebih kuat dibandingkan pada fase marginasi tetapi belum
cukup kuat untuk menempel ke membran endotel sehingga ia akan tersapu oleh
aliran darah tetapi tidak lepas dari endotel (berguling-guling di sepanjang
endotel ketika tersapu oleh aliran darah).
3) Firm Adhesion
Leucocyte
Function Antigen LFA yang terletak di membran sel lekosit berikatan dengan
ICAM-1 (Intercellular Adhesion Molecule-1)
yang berada di membran endotel, sedangkan Very Late Antigen di permukaan
lekosit berikatan dengan VCAM-1 (Vascular
Cell Adhesion Molecule-1) dari membran endotel. Dengan bertambahnya ikatan
antara endotel dengan lekosit jelas semakin mempererat ikatan diantara
keduanya.
Peradangan yang terjadi di tempat invasi patogen
menghasilkan berbagai kemoatraktan, seperti IL-8. Kemoatraktan akan tersebar
dan mencapai daerah sub membran basalis dari endotel. Kemoatraktan kemudian akan
berikatan dengan Glikosaminoglikan (GAG) atau Duffy Antigen Receptor for Chemokine (DARC). Setelah berikatan maka
kemoatraktan akan di bawa menuju ke permukaan membran sel di sisi yang
berhubungan dengan darah secara transendotelial. Kemoatraktan yang telah berada
di permuakan kemudian diikat oleh reseptor komplemen yang berada di lekosit. Ikatan
ini bersama dengan ikatan antara integrin (LFA dan VLA) akan menyebabkan adanya
firm adhesion lekosit dengan endotel.
4) Transendothelial Migration
Proses
migrasi lekosit dari pembuluh darah menuju ke jaringan yang mengalami inflamasi
sudah diketahui sejak lama dan melibatkan berbagai molekul dengan proses yang
rumit. Untuk memudahkan memepelajarinya, migrasi transendotelial dibagi menjadi
dua, yakni:
a)
Migrasi melalui celah intersel (Paraseluler)
ICAM-1
dan VCAM-1 yang terikat dengan integrin mengalami Clustering, yang memberikan sinyal pada endotel untuk melepaskan
ikatan antara endotel dengan endotel di sebelahnya dan memicu kontraksi protein
kontraktil dari endotel, sehingga muncullah celah diantara endotel. Selanjutnya
PECAM (Platelet Endothel Cell Adhesion
Molecule) yang berada pada membran sel lekosit berikatan dengan PECAM yang
terletak di membran sel endotel. Hasil akhir dari ikatan PECAM adalah semakin
terbukanya celah antar endotel untuk dilewati lekosit. Akan tetapi bukan
berarti lekosit melewati celah antar endotel seperti ia melewati sebuah
terowongan. Kemudian lekosit menghasilkan MMP (matrix metaloproteinase) yang
mencerna membran sel sehingga lekosit dapat memasuki jaringan. Sel lekosit yang
telah masuk ke dalam jaringan akan bergerak menuju ke tempat invasi patogen
dengan mengikuti gradien kemokin yang berada di jaringan.
b)
Migrasi secara Transeluler
Selain
proses diatas, terdapat proses lain yang menjelaskan bagaimana cara lekosit
memasuki jaringan. Cara ini berbeda karena sel lekosit tidak memasuki jaringan
melalui celah endotel tetapi melalui endotel itu sendiri (transeluler).
Mekaniseme pastinya belum banyak diketahui meskipun proses transeluler sudah
dibuktikan keberadaannya secara invivo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar